BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangSaat ini abortus merupakan salah satu masalah reproduksi yang banyak dibicarakan di Indonesia bahkan di dunia. Masalah abortus perlu di bahas, mengingat abortus merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan, dan sebagai penyebab langsung kematian ibu / maternal. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sedangkan menurut World Health Organization (WHO) batasan usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu. (Anonim, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2006 tingkat kasus aborsi di Indonesia tercatat yang tertinggi di Asia Tenggara mencapai dua juta kasus dari jumlah kasus yang terjadi di negara-negara Association Of South East Asian Nation (ASEAN) sekitar 4,2 juta kasus pertahun. (http://www aborsi.org.online, diakses 09 April 2010)
Pada tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menurut Depkes RI sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, dan sedikit menurun yaitu 290,8/100.000 kelahiran hidup, meskipun telah menjadi penurunan angka kematian ibu di Indonesia namun hal ini masih jauh target (sasaran) yang ditetapkan untuk tahun 2010 yaitu penurunan angka kematian menjadi 125/100.000 kelahiran hidup. (Gatra, 2008). Pada tahun 2006 angka kematian ibu di Indonesia 230/100.000 kelahiran hidup.(www.Kabarin.Indonesia.com.online,diakses tanggal 19 April 2010)
Menurut Survei Demografi dan kesehatan (SDKI) tahun 2007, menyatakan AKI di Indonesia saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup. Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu perdarahan,pre-eklamsia,dan infeksi. Selain itu ada penyebab keempat yaitu abortus. (www.geosities.com, diakses 19 Maret 2010)
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan angka kematian ibu pada tahun 2009 tercatat 64 orang, yang disebabkan perdarahan 31 orang, eklampsia 35 orang, infeksi 7 orang dan ruptur uteri 2 orang, sementara itu Khusus untuk data abortus periode Januari sampai Desember 2009 diperoleh data sebanyak 2652 orang. (Profil Dinkes Provinsi Sul-Sel, 2009)
Berdasarkan data yang di peroleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg Pasewang Jeneponto di peroleh jumlah abortus periode Januari sampai Desember 2009 sebanyak 224 kasus abortus, yaitu abortus inkomplit 167(74,55%) kasus, abortus imminens 16 (7,14%) kasus, missed aborton 29 (12,94%) kasus, abortus komplit 12 (5,36%) kasus. (Rekam Medik RSUD Lanto Dg Pasewang Jeneponto, 2009)
Kecenderungan semakin meningkatnya kasus abortus dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya abortus itu sendiri. Berbagai faktor yang erat hubungannya dengan kejadian abortus yaitu umur, tingkat pendidikan, paritas, jarak kehamiln, status gizi, penyait ibu, dan infeksi.
Dengan melihat banyak faktor yang berkaitan dengan abortus maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Gambaran kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg Pasewang Jeneponto Periode Januari sampai Desember 2009”, Dimana peneliti hanya membatasi tiga variabel yang di teliti yaitu umur, paritas, dan pendidikan.