Langsung ke konten utama

Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Program Penurunan Kesakitan dan Kematian Ibu dan Bayi di Puskesmas Alliritengae (A-0067)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menanggapi masalah kematian ibu yang demikian besar, tahun 1987 untuk pertama kalinya ditingkat internasional diadakan konferensi tentang kematian ibu di Nairobi, Kenya terutama di Negara berkembang. Pertemuan tersebut difasilitasi oleh World Health Organization (WHO) dan dicanangkan Program Penurunan Kesakitan dan Kematian Ibu dan Bayi.
Tahun 1999 World Health Organization (WHO) meluncurkan strategi penurunan kesakitan dan kematian ibu pada dasarnya meminta perhatian pemerintah dan masyarakat disetiap Negara untuk lebih berfokus pada penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia di ASEAN sebesar 307/100.000 kelahiran hidup Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2002 – 2003) artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas (JS. Khoman, 2006 hal. 120).
Pemaparan di atas menandakan masih rendahnya kualitas hidup dan kesejahteraan serta derajat kesehatan perempuan terutama di Indonesia. Berbagai faktor penyebab dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu, upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah menggalakkan Program Penurunan Kesakitan dan Kematian Ibu dan Bayi, serta menempatkan bidan di desa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menghadapi tantangan kesakitan dan kematian ibu dan bayi yang kompleks tergantung pada suatu system pelayanan kesehatan yang berfungsi, khususnya jika timbul komplikasi. Pengalaman menunjukkan pula bahwa intervensi tunggal tidak cukup, yang diperlukan adalah pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas yang berkesinambungan oleh tenaga kesehatan yang terampil untuk mencegah komplikasi pada ibu dan bayi. (Sujudi, 2001 hal. 115 ).
Akses ke pelayanan kesehatan mempunyai korelasi kuat dengan kematian ibu, makin tinggi proporsi masyarakat yang sulit ke pelayanan kesehatan makin tinggi AKI. Juga terdapat hubungan kuat antara tempat melahirkan dan penolong persalinan dengan kematian maternal, makin tinggi proporsi ibu melahirkan di fasilitas non kesehatan dan persalinan yang ditolong oleh dukun (non nakes), makin tinggi resiko kematian ibu.
Pelayanan Antenatal adalah pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat bidan). Pelayanan antenatal seharusnya mencakup berbagai jenis pelayanan misalnya skrining dan pengobatan penyakit anemia, malaria dan penyakit menular seksual, deteksi dan penanganan komplikasi, penyuluhan tentang komplikasi esensial dan kapan mendapatkan pelayanan rujukan. (W. Rukmini, 2005 hal. 30)
Data yang diperoleh di Puskesmas Alliritengae pada Tahun 2009 rujukan dari bidan desa sebanyak 4 kasus diantaranya kasus Perdarahan, Retensio plasenta, dan Partus lama. Terjadi 2 kasus kematian ibu dengan Atonia Uteri, 1 kasus kematian bayi dengan Asfiksia Berat. Data untuk tahun 2010 dari bulan Januari – Maret tidak ada rujukan kebidanan dari bidan desa dan tidak ditemukan kasus kematian Ibu dan Bayi.
Peneliti mengambil tempat di Puskesmas Alliritengae Kecamatan Turikale Kabupaten Maros dengan pertimbangan banyak kasus rujukan kebidanan dan pernah terjadi kematian ibu yang ditolong oleh bidan di desa. Berhubungan dengan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti “Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Program Penurunan Kesakitan dan Kematian Ibu dan Bayi di Puskesmas Alliritengae Kecamatan Turikale Kabupaten Maros Tahun 2010”.

Postingan populer dari blog ini

Gambaran kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg Pasewang (A-0074)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini abortus merupakan salah satu masalah reproduksi yang banyak dibicarakan di Indonesia bahkan di dunia. Masalah abortus perlu di bahas, mengingat abortus merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan, dan sebagai penyebab langsung kematian ibu / maternal. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sedangkan menurut World Health Organization (WHO) batasan usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu. (Anonim, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2006 tingkat kasus aborsi di Indonesia tercatat yang tertinggi di Asia Tenggara mencapai dua juta kasus dari jumlah kasus yang terjadi di negara-negara Association Of South East Asian Nation (ASEAN) sekitar 4,2 juta kasus pertahun. (http://www aborsi.org.online, diakses 09 April 2010) Pada tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI)

Formulir Pemesanan

Untuk mendapatkan artikel lengkap kami mulai dari BAB I - BAB VI, anda cukup mengganti biaya jasa sebesar Rp. 20.000,- / Artikel. dan untuk pemesanan cukup sms ke 085299810456 . Dengan menyertakan kode Di Belakang Judul, mis : A-001, A-002 Produk kami dalam bentuk file microsoft word, jadi anda mudah untuk merubah/mengeditnya. anda cukup merubah tanggal, tempat, dan waktu penelitian, maka anda sudah mendapatkan sebuah KTI baru sesuai dengan yang anda butuhkan, jadi untuk apa lagi anda harus bersusah payah menyusun KTI dari awal yang tentunya memerlukan banyak pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya. Untuk lebih menyakinkan anda akan produk kami, maka apabila anda serius ingin memperoleh produk kami, maka kami akan terlebih dahulu mengirimkan produk kami ke e-mail anda, setelah itu barulah anda melakukan pembayaran. Agar lebih memudahkan anda melakukan pembayaran kami menyediakan 2 pilihan pembayaran, yaitu : Transfer Dana ke No. Rekening Bank Mandiri (No. Rekening akan di infokan

Gambaran Status Gizi pada Bayi Di Puskesmas Kaluku Bodoa (A-0058)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai macam makanan untuk menjaga agar tubuhnya tetap melakukan segala aktifitas. Makanan adalah segala sesuatu yang dipakai atau dipergunakan oleh manusia supaya dapat hidup. Makanan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, bila orang salah dalam mengkonsumsi makanan dapat menimbulkan efek yang tidak baik. Makanan yang dimakan sehari-hari merupakan bahan makanan yang bergizi dan seimbang baik kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi syarat hidup sehat (Irianto, 2004). Bahan makanan yang mengandung zat gizi banyak disetiap negara termasuk Indonesia namun perlu diakui bahwa masih banyaknya orang­orang mengabaikan, tidak menyukai bahkan menganggap remeh bahan­bahan makanan yang mengandung zat gizi, padahal konsumsi makanan sangat berpenganuh terhadap status gizi (Karta Sapoetra). Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah faktor resiko untuk terjadinya kesakitan d