Gambaran Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep (A-0046)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan lebih dapat menghasilkan zat anti yang ada pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Markum A,H.,2000).
Sistem kesehatan nasional imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita (Ranuh,I.G.N.,2008).
Departemen Kesehatan RI (2004), menyebutkan imunisasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Pada tahun 1977 dimulai Pengembangan Program Imunisasi (PPI).Pada tahun 1988 Indonesia telah mendeklarasikan Universal Child Immunization
(CCI) secara nasional. Secara operasional UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap > 80% (1 dosis BCG,3 dosis DPT,3 dosis polio,1 dosis campak,dan 3 dosis hepatitis B) sebelum anak berusia 1 tahun. Mulai 1 April 1997,imunisasi hepatitis B dimasukkan ke dalam program rutin imunisasi bayi sehingga ada 7 antigen yang diberikan (Prof.DR.Achmadi.U.F.,2002).
Usia anak < 5 tahun merupakan usia yang sangat rawan terhadap penyakit. Oleh sebab itu, banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi terjangkitnya anak-anak tersebut dari serangan penyakit, antara lain melalui penggalakan program pemberian imunisasi pada anak berusia < 5 tahun (http://www.kotalayakanak.org,2009).
Salah satu program yang dilakukan pemerintah yaitu pemberian vaksin Hepatitis B pada bayi baru lahir. Perlu diketahui bahwa bayi baru lahir memiliki sejumlah tugas untuk memperoleh dan mempertahankan eKsistensi fisik secara terpisah dari ibunya. Perubahan biologis besar yang terjadi pada saat bayi lahir memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterine ke ekstrauterin. Perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan dikemudian hari. Dalam hal ini tenaga kesehatan dituntut untuk membantu bayi baru lahir dalam menjalani transisi yang aman ke kehidupan ekstrauterin ( Komalasari R., 2004 ).
Oleh sebab itu, pemberian imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (http://www. Vinadanvani.COM, 2008).
World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 10 juta jiwa dapat diselamatkan pada tahun 2006 melalui kegiatan imunisasi. Bahkan hingga tahun 2015 sebanyak 70 juta jiwa anak-anak di negara miskin dapat diselamatkan dari penyakit-penyakit infeksi yang umumnya menjangkiti mereka. Demikian seperti yang dilansir oleh situs resmi World Health Organization (WHO). Kesimpulan ini berdasarkan studi yang dilakukan oleh WHO dan UNICEF. Perkiraan dana sebear US$ 2,5 miliard yang dialokasikan tiap tahun untuk imunisasi di negara-negara miskin akan meningkat menjadi US$ 3,5 miliard hingga 2010, dan mencapai US$ 4 miliard pada 2015 untuk memperoleh target tersebut (http://www.depkes.go.id,2009).
Berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) ,Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu 35 bayi per 1.000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal per tahun atau 430 bayi per hari. Sedangkan Angka Kematian Balita (AKABA) yaitu 46 dari 1.000 balita meninggal setiap tahunnya. Bila dirincikan, kematian balita ini mencapai 206.580 balita per tahun, dan 569 balita per hari (Syafei C.2008).
Data tahun 2008 di Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi Selatan tercatat jumlah angka pemberian vaksin imunisasi mencapai 101% Pelayanan imunisasi di Sulsel tahun ini mengalami kenaikan. Khusus di Makassar, peningkatan pelayanan tersebut menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dalam tiga tahun terakhir (http://www.dinkes-sulsel.go.id ,2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Register Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep periode Januari – Desember Tahun 2008, tercatat sekitar 738 bayi yang lahir dan terdapat 577 yang mendapat imunisasi hepatitis B, dan terdapat 50 bayi yang mendapat Imunisasi Hepatitis B I. (PKBRS RSUD Pangkep, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep Periode Januari – Desember Tahun 2008”.