Gambaran Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik Depo Provera di Puskesmas Simbang Kabupaten Maros (A-0057)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahPENDAHULUAN
Visi Indonesia 2010 yangtelah dirumuskan oleh Dep. Kes (1999) menyatakan bahwa, hambaran masyarakatIndonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalahmasyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalamlingkungan dan dnegan perilaku yang sehat, memiliki derajat kesehatan yangsetinggi-tingginya di seluruh wilayah republik Indonesia (geocities.com ).
Jumlah penduduk yangbesar dengan laju pertumbuhan yang tinggi merupakan masalah yang harus ditanggulangi. Pendapat Melthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuanpengembangan sumber daya alam laksana deret hidung, sedangkan pertumbuhan danperkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga pada satu titik sumber dayaalam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia, berdasarkan pendapat demikiandiharapkan setiap keluarga, memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yangdiinginkan (Manuaba IBG, 1998 : 437).
Pertambahan pendudukyang cepat dan tidak seimbang dengan naiknya produksi akan mengakibatkanterjadinya tekanan-tekanan yang berat pada sektor penyediaan pangan, sandang,perumahan, lapangan kerja, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
Pertambahan pendudukyang tidak terkendali dapat membayangkan aspirasi penduduk untuk memperbaikitingkat hidupnya lahir dan batin melalui usaha dan upaya perbandingan.Peledakan penduduk pada akhirnya akan menyukarkan kemakmuran masyarakat itusendiri (Mochtar R, 1998).
Dalam pembangunankeluarga sejahtera upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kualitas danketahanan masing-masing keluarga dalam mengantisipasi setiap pengaruh negatifyang mengancam kebutuhan keluarga sebagai unit terkecil yang paling utama darimasyarakat.
Untuk mewujudkankeluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran danpertumbuhan penduduk dengan usaha-usaha untuk penurunan tingkat kelahiranpenduduk dengan peningkatan jumlah akseptor. Didalam pengembangan program KBNasional diperlukan upaya yang maksimal selain memperluas jangkauan pelayanandengan menambah jumlah akseptor maka makin banyak keluarga kecil jugamempertahankan apa yang telah dicapai melalui upaya pengayoman medis KeluargaBerencana (KB) (Hanafi H, 2004).
Kontrasepsi yang idealdapat diterima apabila memenuhi syarat-syarat seperti : dapat dipercaya, tidakmenimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurutkebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidakmemerlukan motivasi terus menerus, mudah pelaksanaanya, murah harganya sehinggadapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dapat diterima penggunaanyaoleh pasangan yang bersangkutan (Wiknjastro H, 2007).
sampai saat ini belumtersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal/sempurna.Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masihdalam bentuk supermarket dimana calon akseptor memilih sendiri metodekontrasepsi yang diinginkannya (Hanafi H, 2004).
Tingkat pertumbuhanpenduduk yang relatif tinggi disebabkan masih tingginya kelahiran disatu pihakdan lebih cepatnya penurunan tingkat kematian dilain pihak. Hal ini menyebabkanlebih besarnya jumlah penduduk pada golongan umur muda atau penduduk denganstruktur umur muda. Dengan struktur penduduk seperti itu, tingkatketergantungan penduduk Indonesia relatif tinggi karena jumlah penduduk yanghidupnya tergantung pada golongan penduduk lainnya masih relatif lebih tinggi (Indoskripsi.com).
Menurut data yang didapatkanmelalui Survey Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 2009 melaporkan bahwapresentase PUS yang pernah menggunakan KB adalah sebanyak 65,36%, metodesuntikan paling banyak digunakan yaitu 34%, pil 18%, implant 6%, Intra UterinDefice (AUD) 4 %, metode kontrasepsi wanita (MOW) 2,12%, kondom 0,83% dan metode kontrasepsi pria(MOP) 0,41% (http://www.bkkbn.go.id).
Berdasarkan data yangdiperoleh di provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2009 jumlah akseptor KB yaitu736.049 jiwa. Pengguna suntik 335.003 peserta (45,51%) Pil 257.191 peserta(34,94%), imlant 62.317 peserta (8,47%), IUD 55.852 peserta (7,59%), kondom15.681 peserta (2,13%), MOW 9.377 peserta (1,27%), MOP 628 peserta (0,08%), ( http://www.bkkbn.go.id).
Data yang diperoleh dariDinas Kesehatan Kabupaten Maros tahun 2009 peserta keluarga berencana berjumlah19.351 (Profil Dinas Kesehatan kab. Maros 2009).
Salah satu puskesmasyang ada di Kabupaten Maros yaitu Puskesmas Simbang yang dilengkapi dengansarana pelayanan keluarga berencana di mana jumlah akseptornya cukup banyak,dan dari sekian banyak akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi sebagianbesar menggunakan kontrasepsi suntikan.
Data yang diperoleh darirekam medik Puskesmas Simbang Kab. Maros pada tahun 2009 tercatat 448 orangyang memakai alat kontrasepsi yang terdiri dari suntikan depo provera 324orang (72,33%), suntikan1 bulan (cyclofem) 16 orang (3,57%), pil 107orang (23,88%), kondom 0 orang (0%), IUD 1 orang (0.22%), dan implant(0%).Dengan demikian mendorong peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentangpemakaian alat kontrasepsi suntikan depo provera pada akseptor keluargaberencana di Puskesmas simbang kabupaten Maros tahun 2009.