Gambaran Pemakaian Alat Kontrasepsi Depoprogestin Periode Januari–Desember 2009 Di Puskesmas Kassi-kassi Makassar (A-0030)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visi Indonesia 2010 yang telah dirumuskan oleh Dep. Kes (1999) menyatakan bahwa, hambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dnegan perilaku yang sehat, memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah republik Indonesia (geocities.com ).
Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan yang tinggi merupakan masalah yang harus di tanggulangi. Pendapat Melthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan pengembangan sumber daya alam laksana deret hidung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga pada satu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia, berdasarkan pendapat demikian diharapkan setiap keluarga, memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan ( Manuaba IBG, 1998 : 437)
Data Word Health Organization (WHO) menunjukkan, sembilan dari 10 wanita yang menggunakan kontrasepsi memilih metode modern berupa sterilisasi wanita 24%, spiral 14%, pil 7%, suntik 37%. Pil merupakan metode jangka pendek, cenderung lebih populer di negara maju. Sterilisasi dan spiral merupakan metode jangka panjang, banyak dipilih wanita di negara berkembang dengan persentase 23% dan 15% (http://www.Jambi Independent Online).
Pelaksanaan program KB secara umum di indonesia yang sejak tahun 2004 telah melaksanakan upaya-upaya yang bermakna untuk meningkatkan kualitas akses dan pelayanan lebih aman, terjangkau biayanya, lebih mudah diakses oleh klien dan adanya jaminan ketersediaan alat / obat kontrasepsi yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan visi baru program KB nasional tahun 2007 seluruh keluarga di Indonesia mengikuti program KB, dengan mewujudkan visi yaitu “Mewujudkan Keluarga Berkualitas 2015”, salah satu misi yang dijalankan dalam rangka mencapai visi tersebut adalah mewujukan kelurga kecil bahagia sejahtera.
Jaminan dan pelayanan kontrasepsi tidak lagi berorientasi pencapaian kuantitas atau memaksimalkan akses dan cakupan peserta program KB, tetapi terus berupaya dan berorientasi pada pemenuhan permulaan pelayanan berkualitas yang dapat diberikan secara maksimal. Pelayanan KB yang berkualitas mencakup pemberian jaminan pelayanan yang dapat melindungi klien dari resiko dan efek samping dan komplikasi. serta meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan pemakaian kontrasepsi.
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun. Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI) seperti suntiksn 3 bulan contoh : Depoprovera, Depogeston, kecuali Cyclofem. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah), memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan kanker bagian dalam rahim. Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta harus rutin kontrol setiap 1, 2 atau 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung sangat cepat (kurang dri 24 jam), dan dapat digunakan oleh wanita tua di atas 35 tahun (http://forbetterhealth ).
Persentasi penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia tercatat peserta akseptor pil KB 28,1 persen. 35,2 persen pengguna kontrasepsi suntikan sedang Selebihnya, IUD 18,8%, implant 14,2%, sterilisasi 5,5%, dan kontrasepsi lain 1,0%. (http://www.wordpress.com)
Data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 2009 jumlah akseptor KB mencapai 738.385 peserta untuk pemakai kontrasepsi, yang pengguna paling banyak adalah metode suntikan sebesar 335.003 peserta atau 45,4% dari jumlah akseptor, sedangkan pengguna pil sebanyak 257.191 peserta atau 34,8%, pengguna implant sebanyak 62.317 peserta atau 8,43%, pengguna Intra Uterin Devices (IUD) sebanyak 55.852 peserta atau 7,56%, dengan alat kontrasepsi kondom sebanyak 15.681 peserta atau 2,15%, serta akseptor KB dengan metode kontrasepsi mantap dimana masing-masing Metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak 9.377 peserta atau 1,26%, Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 6.82 peserta atau 0,92%, dan lain-lain sebanyak 2.279 peserta atau 0,30%. (Profil Dinas Kesehatan Sul-Sel, 2009)
Dari data di bagian ANC Puskesmas Kassi-kassi Makassar tercatat Pasangan Usia Subur (PUS) 739 peserta dan Akseptor KB aktif untuk alat kontrasepsi Suntik adalah 492 peserta terdiri dari 267 (36,13%) akseptor suntikan 3 bulan dan 225 (30,45%) akseptor suntikan 1 bulan, untuk alat kontrasepsi pil adalah 190 (25,71%) akseptor, sedangkan alat kontrasepsi AKDR adalah 17 (2,30%) akseptor, susuk 10 (1,35%) akseptor, dan kondom 30 (4,06%) akseptor .
Pengguna Metode Kontrasepsi suntik khususnya Depoprogestin dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor misalnya faktor umur, paritas, pendidikan, tingkat ekonomi dan lain-lain. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pemakaian Alat Kontrasepsi Depoprogestin Periode Januari–Desember 2009 Di Puskesmas Kassi-kassi Makassar”.