BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPENDAHULUAN
Anemia merupakan masalahkesehatan masyarakat terbesar didunia terutama bagi kelompok wanita usia subur( WUS ), anemia pada wanita usia subur (WUS ) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas / kemampuanatau produktifitas kerja bagi ibu hamil, anemia berperan pada peningkatanprevalensi kematian dan kesakitan ibu dan bagi bayi dapat meningkatkan resikokesakitan dan kematian bayi, serta BBLR. ( Fatmah, 2008 ).
Anemia pada kehamilanmerupakan masalah Nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan socialekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kwalitas sumber dayaManusia (SDM), anemia hamil disebut “ potential denger to mother and child “ ( potensial membahayakan ibu dananak ), karena itulah Anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yangterkait dalam pelayanan kesehatan pada ini kedepan ( Manuaba, 2007 ).
Tingginya angka kejadianAnemia pada ibu hamil memberikan dampak yang bervariasi dari keluhan yangsangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan, gangguanproses persalinan, gangguan pada masa nifas, dan gangguan pada janin, Anemiadalam kehamilan disebabkan oleh defesiensi besi dan perdarahan akut bahkantidak jarang saling berintraksi.
Ibu hamil umumnya mengalamidefisiensi besi sehingga hanya memberikan sedikit zat besi pada janin yangdibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal, kekurangan zat besi dapatmenimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin serta baik sel tubuhmaupun otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan,abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan. ( Prawirohardjo,2005 ).
Menurut worldhealth organization ( WHO )kejadian anemia hamil berkisar antara 20 % sampai 89 %dengan menetapkan Hb 11gr% sebagai dasarnya, angka anemia kelahiran di Indonesia menunjukkannilai yangcukup tinggi. Hoo swie tjiongmenemukan angka anemia kelahiran 3,8 % pada trimeseter I, 13,6 % trimester II,dan 24,8 % pada trimester III. Akrib Sukarman Menemukan sebesar 40,1 % dibogor.Bakta menenukan anemia hamil sebesar 50,7 % di Puskesmas Kota Denpasar.Sedangkan Shindu menemukan anemia hamil sebesar 33,4 % di Puskesmas Ngawi.Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemiakekurangan gizi.
Berdasarkan data dari dinaskesehatan provinsi Sulawesi Selatan tahun 2009, prevalensi anemia pada ibuhamil adalah anemia ringan sebayak 40,5 %, anemia sedang 43,67 %, dan anemiaberat 9, 89 %.
Berdasarkan data yangdiperoleh dari buku regiater KIA/PKBRS di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep tahun2009, dengan jumlah ibu yang memeriksakan kehamilannya sebayak 615 orang yangberkunjung dan diperiksa teryata teradapat anemia berat sebayak 4,13 %, anemiasedang sebayak 18,18 %, dan anemia ringan sebayak 77,68 %.
Factor yang mempengaruhiterjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi, infeksi, kekurnganasam folat. Anemia dalam kelahiran adalah suatu kondisi ibu dengan kadar Hbkurang dari 10,5 gr% pada trimester I, perbedaan nilai batas diatas dihubungkandengan kejadian hemodulasi. Beberapa factor yang timbul berkonstribusi dengankejadian anemia pada ibu hamil meliputi Umur, Pendidikan, dan Paritas. Denganmelihat tingginya kejadian anemia, maka perlu pemberian suplementasi zat besiatau asam folat, gizi seimbang untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil( anonim 2010 ).
Beradasarkan uraian diatas, maka penulis dapat tertarik menyusun KaryaTulis Ilmiah ( KTI ) dengan judul “ Gambaran Kejadian Anemia pada Ibu Hamil diRumah Sakit Umum Derah Pangkep tahun 2009 “.