Langsung ke konten utama

Gambaran Faktor Yang Memiliki Kontribusi Terhadap Abortus Inkomplit (A-0066)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abortus merupakan berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar tanpa mempersoalkan penyebabnya. Anak baru hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai lebih dari 500 gram atau umur kehamilan lebih dari 20 minggu. Abortus dibagi kedalam abortus spontan, yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya, dan keguguran ini merupakan kurang lebih 20% dari semua abortus, sedangkan abortus buatan (provocatus), yaitu abortus yang terjadi disengaja, digugurkan, dan 80% dari semua abortus adalah abortus provocatus (Edi Sulaiman, 2002).
Dari data World Health Organization (WHO, 2008), insiden abortus sekitar 25%, yaitu satu kejadian dari setiap 4-5 kelahiran. 80% kasus abortus terjadi pada kehamilan bulan ke-2 sampai ke-4. terdapat 4,2 juta abortus dilakukan per tahun. Dari 46 juta aborsi pertahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya 13% konstribusi Angka Kematian Ibu Global (WHO, 2008). Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 90% penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan 28% diantaranya terjadi pendarahan dimasa kehamilan dan persalinan (Darmayanti, 2009).
Masalah abortus dikemukakan kaitannya dengan tingginya angka kematian ibu (AKI) melahirkan. Indonesia berada di peringkat tertinggi senegara-negara di Asia Tenggara Assosiation South Easth Asian Nation (ASEAN). Sewaktu kejadian abortus di Indonesia mencapai 400 per 100.000 kelahiran hidup, di Singapura hanya enam, Brunei Darussalam nihil, Malaysia 39, Thailand 44, Filipina 170 (Rahman M,2000).
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 terdapat 750.000 – 1,5 juta abortus yang terjadi di Indonesia, 2500 orang diantaranya berakhir dengan kematian (Pusdiknakes, 2009). Aborsi berkontribusi 11,1 % terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) yang berjumlah 248 orang/100.000 kelahiran hidup.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan jumlah abortus periode Januari – Desember 2009 sebanyak 1564 orang
Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep ditemukan kasus abortus 128 orang, yang terbagi atas abortus inkomplit 108 orang (84,3 %), abortus Imminens 12 orang (9,34 %), abortus insipient 8 orang (6,25 %).
Tingginya angka kejadian abortus khususnya abortus inkomplit tidak terlepas dari berbagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat mortalitas dan morbiditas seorang ibu antara lain kurang gizi, penyakit ibu dan infeksi (Naylor, 2005).
Selain faktor-faktor di atas, menurut Kanadi (2002) ibu harus waspada terhadap usia rawan keguguran, yaitu di atas 35 tahun. Wanita yang telah mencapai usia itu harus berfikir masak-masak sebelum memutuskan untuk hamil. Kebanyakan penyebabnya adalah masalah kelainan kromosom. Resiko keguguran memang semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Jadi wanita yang berusia 35 tahun memiliki resiko keguguran lebih tinggi dibandingkan wanita yang berusia 30 tahun. Apalagi usiannya sudah di atas 40 tahun.
Dengan masih tingginya kasus abortus inkomplit, maka penulis tertarik untuk mengidentifikasi 3 faktor yang memiliki kontribusi terhadap abortus inkomplit melalui suatu penelitian pada faktor umur ibu, paritas dan tingkat pendidikan ibu.

Postingan populer dari blog ini

Gambaran kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg Pasewang (A-0074)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini abortus merupakan salah satu masalah reproduksi yang banyak dibicarakan di Indonesia bahkan di dunia. Masalah abortus perlu di bahas, mengingat abortus merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan, dan sebagai penyebab langsung kematian ibu / maternal. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sedangkan menurut World Health Organization (WHO) batasan usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu. (Anonim, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2006 tingkat kasus aborsi di Indonesia tercatat yang tertinggi di Asia Tenggara mencapai dua juta kasus dari jumlah kasus yang terjadi di negara-negara Association Of South East Asian Nation (ASEAN) sekitar 4,2 juta kasus pertahun. (http://www aborsi.org.online, diakses 09 April 2010) Pada tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI)

Formulir Pemesanan

Untuk mendapatkan artikel lengkap kami mulai dari BAB I - BAB VI, anda cukup mengganti biaya jasa sebesar Rp. 20.000,- / Artikel. dan untuk pemesanan cukup sms ke 085299810456 . Dengan menyertakan kode Di Belakang Judul, mis : A-001, A-002 Produk kami dalam bentuk file microsoft word, jadi anda mudah untuk merubah/mengeditnya. anda cukup merubah tanggal, tempat, dan waktu penelitian, maka anda sudah mendapatkan sebuah KTI baru sesuai dengan yang anda butuhkan, jadi untuk apa lagi anda harus bersusah payah menyusun KTI dari awal yang tentunya memerlukan banyak pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya. Untuk lebih menyakinkan anda akan produk kami, maka apabila anda serius ingin memperoleh produk kami, maka kami akan terlebih dahulu mengirimkan produk kami ke e-mail anda, setelah itu barulah anda melakukan pembayaran. Agar lebih memudahkan anda melakukan pembayaran kami menyediakan 2 pilihan pembayaran, yaitu : Transfer Dana ke No. Rekening Bank Mandiri (No. Rekening akan di infokan

Gambaran Status Gizi pada Bayi Di Puskesmas Kaluku Bodoa (A-0058)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai macam makanan untuk menjaga agar tubuhnya tetap melakukan segala aktifitas. Makanan adalah segala sesuatu yang dipakai atau dipergunakan oleh manusia supaya dapat hidup. Makanan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, bila orang salah dalam mengkonsumsi makanan dapat menimbulkan efek yang tidak baik. Makanan yang dimakan sehari-hari merupakan bahan makanan yang bergizi dan seimbang baik kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi syarat hidup sehat (Irianto, 2004). Bahan makanan yang mengandung zat gizi banyak disetiap negara termasuk Indonesia namun perlu diakui bahwa masih banyaknya orang­orang mengabaikan, tidak menyukai bahkan menganggap remeh bahan­bahan makanan yang mengandung zat gizi, padahal konsumsi makanan sangat berpenganuh terhadap status gizi (Karta Sapoetra). Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah faktor resiko untuk terjadinya kesakitan d