BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus merupakan berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar tanpa mempersoalkan penyebabnya. Anak baru hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai lebih dari 500 gram atau umur kehamilan lebih dari 20 minggu. Abortus dibagi kedalam abortus spontan, yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya, dan keguguran ini merupakan kurang lebih 20% dari semua abortus, sedangkan abortus buatan (provocatus), yaitu abortus yang terjadi disengaja, digugurkan, dan 80% dari semua abortus adalah abortus provocatus (Edi Sulaiman, 2002).
Dari data World Health Organization (WHO, 2008), insiden abortus sekitar 25%, yaitu satu kejadian dari setiap 4-5 kelahiran. 80% kasus abortus terjadi pada kehamilan bulan ke-2 sampai ke-4. terdapat 4,2 juta abortus dilakukan per tahun. Dari 46 juta aborsi pertahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya 13% konstribusi Angka Kematian Ibu Global (WHO, 2008). Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 90% penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan 28% diantaranya terjadi pendarahan dimasa kehamilan dan persalinan (Darmayanti, 2009).
Masalah abortus dikemukakan kaitannya dengan tingginya angka kematian ibu (AKI) melahirkan. Indonesia berada di peringkat tertinggi senegara-negara di Asia Tenggara Assosiation South Easth Asian Nation (ASEAN). Sewaktu kejadian abortus di Indonesia mencapai 400 per 100.000 kelahiran hidup, di Singapura hanya enam, Brunei Darussalam nihil, Malaysia 39, Thailand 44, Filipina 170 (Rahman M,2000).
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 terdapat 750.000 – 1,5 juta abortus yang terjadi di Indonesia, 2500 orang diantaranya berakhir dengan kematian (Pusdiknakes, 2009). Aborsi berkontribusi 11,1 % terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) yang berjumlah 248 orang/100.000 kelahiran hidup.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan jumlah abortus periode Januari – Desember 2009 sebanyak 1564 orang
Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep ditemukan kasus abortus 128 orang, yang terbagi atas abortus inkomplit 108 orang (84,3 %), abortus Imminens 12 orang (9,34 %), abortus insipient 8 orang (6,25 %).
Tingginya angka kejadian abortus khususnya abortus inkomplit tidak terlepas dari berbagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat mortalitas dan morbiditas seorang ibu antara lain kurang gizi, penyakit ibu dan infeksi (Naylor, 2005).
Selain faktor-faktor di atas, menurut Kanadi (2002) ibu harus waspada terhadap usia rawan keguguran, yaitu di atas 35 tahun. Wanita yang telah mencapai usia itu harus berfikir masak-masak sebelum memutuskan untuk hamil. Kebanyakan penyebabnya adalah masalah kelainan kromosom. Resiko keguguran memang semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Jadi wanita yang berusia 35 tahun memiliki resiko keguguran lebih tinggi dibandingkan wanita yang berusia 30 tahun. Apalagi usiannya sudah di atas 40 tahun.
Dengan masih tingginya kasus abortus inkomplit, maka penulis tertarik untuk mengidentifikasi 3 faktor yang memiliki kontribusi terhadap abortus inkomplit melalui suatu penelitian pada faktor umur ibu, paritas dan tingkat pendidikan ibu.