Gambaran Umum Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntikan Di Puskesmas Bonto Perak Pangkep Tahun 2009 (A-0037)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu daerah dalam suatu waktu atau jangka waktu tertentu. Penduduk dipelajari oleh ilmu kependudukan yang terdiri atas demografi dan studi kependudukan, yang berfokus pada perubahan besar komposisi dan distribusi penduduk, dan dapat dilihat menurut jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, agama, pekerjaan dan lain-lain.(Wiknjosastro H, 2006)
Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan yang tinggi merupakan masalah yang harus di tanggulangi. Pendapat Melthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan pengembangan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga pada satu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia, berdasarkan pendapat demikian diharapkan setiap keluarga, memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan.(Manuaba IBG, 1998)
Oval: 1Tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi disebabkan masih tingginya kelahiran disatu pihak dan lebih cepatnya penurunan tingkat kematian dilain pihak. Hal ini menyebabkan lebih besarnya jumlah penduduk pada golongan umur muda atau penduduk dengan struktur umur muda. Dengan struktur penduduk seperti itu, tingkat ketergantungan penduduk Indonesia relatif tinggi karena jumlah penduduk yang hidupnya tergantung pada golongan penduduk lainnya masih relatif lebih tinggi.(Geocities 2010).
Program nasional keluarga berencana di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan “keluarga berkualitas tahun 2015” metode yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan penggunaan kontrasepsi oleh pasangan suami istri. Alat kontrasepsi tersebut dapat dengan metode sederhana sampai dengan metode modern dengan tujuan untuk menekan angka kehamilan dan laju pertambahan penduduk.(.Geocities 2010).
Pelaksanaan pelayanan program KB, senantiasa dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, serta selalu memperhatikan kesehatan dan kesetaraan gender sebagai salah satu upaya pemenuhan hak-hak reproduksi kepada masyarakat. (Wordpress 2010)
Untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk dengan usaha-usaha untuk penurunan tingkat kelahiran penduduk dengan peningkatan jumlah akseptor. Didalam pengembangan program KB Nasional diperlukan upaya yang maksimal selain memperluas jangkauan pelayanan dengan menambah jumlah akseptor maka makin banyak keluarga kecil juga mempertahankan apa yang telah dicapai melalui upaya pengayoman medis Keluarga Berencana. (Hanifa H, 2004).
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus menerus, mudah pelaksanaanya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan (Wiknjasastro H, 2007).
Di provinsi sulewasi selatan pada tahun 2009 terdapat 738.385 PUS yang menjadi akseptor KB yang terdiri dari akseptor pil 257.191 orang (34,83%), suntik 335.003 orang (45,37%), implant 62.317 orang (8,44%), IUD 55.852 (7,56%), kondom 15.861 orang (2,12%), MOW 9.377 orang (1,27%), MOP 682 orang (0,09%).(Dinkes, 2009).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep tahun 2009 peserta keluarga berencana berjumlah 2.398 jiwa.(Profil Dinas Kesehatan kab. Pangkep 2009).
Salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Pangkep yaitu Puskesmas Bonto Perak yang dilengkapi dengan sarana pelayanan keluarga berencana di mana jumlah akseptornya cukup banyak, dan dari sekian banyak akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi sebagian besar menggunakan kontrasepsi suntikan.
Data yang diperoleh dari Puskesmas Bonto Perak Kab. Pangkep pada tahun 2009 tercatat 2494 PUS dan yang menjadi akseptor KB sebanyak 933 orang yang terdiri dari suntikan 533 orang (57,12%), pil 390 orang (41,80%), kondom 10 orang (1,1%), IUD 0 (0%) dan implant 0 (0%) dan kontap 0 (0%).(Rekam Medik Puskesmas bonto Perak pangkep).
Meskipun masih banyak kesulitan di dalam hal menentukan pilihan kontrasepsi yang harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial. Konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan atau orang tua, bahkan norma budaya dan lingkungan, namun dengan pelayanan yang berkualitas dan berkesinambungan program KB, diharapkan kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi. Hal tersebut juga dikarenakan tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien.(Safuddin Abdul Bari , 2003)
Menyadari hal tersebut yang hanya merupakan kondusif bagi pengguna kontrasepsi maka pada saat ini lebih dititik beratkan pada strategi agar pelayanan lebih mudah dijangkau, diperoleh dan diterima oleh berbagai sub kelompok masyarakat dengan tujuan utama pemberian pelayanan yang didasarkan pada mutu yang baik, sehingga keperdulian dalam meningkatkan kualitas pelayanan KB dan untuk mencapai yang terbaik khususnya dalam pelayanan KB tetap terpelihara.(Saifuddin Abdul Bari 2003).
Gambaran umum penggunaan kontrasepsi suntikan oleh akseptor KB diharapkan dapat memberi gambaran mengenai penggunaan kontrasepsi oleh PUS dalam upaya mencegah kehamilan atau mengatur kelahiran. Hal ini didasari oleh adanya peningkatan minat dalam hal penggunaan kontrsepsi suntikan oleh masyarakat khususnya PUS dalam pemilihan kontrasepsi membuat peneliti merasa tertarik melakukan penelitian tentang gambaran umum pemakaian kontrasepsi suntikan pada akseptor KB di Puskesmas Bonto Perak Pangkep.