BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup sehat dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan Kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat Kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia ( Paradigma Sehat 2001).
Kemampuan pelayanan suatu Negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan satu Negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia di lingkungan Assosiation Of Earth Asia Nations (ASEAN) merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. ( Manuaba,2001)
Data WHO ( Word Healt Organisation ) menunjukkan dari 20 juta kelahiran bayi di seluruh dunia sebesar 15,5% adalah bayi dengan BBLR, adapun angka kejadian BBLR di negara berkembang sebesar 16,5%, sedangkan di negara maju kejadianya sebesar 7% ( Kompas,2005)
WHO ( Word Healt Organisation ) memperlihatkan bahwa angka kematian bayi sangat memprihatinkan yang dikenal dengan fenomena 2/3. Fenomena ini terdiri dari 2/3 kematian bayi ( berusia 0-1 tahun ) terjadi pada umur kurang dari satu bulan (neonatal),2/3 kemudian neonatal terjadi pada umur kurang dari seminggu (neonatal dini ),dan 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama.Tingginya Angka kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) tersebut sebagian besar disebabkan oleh faktor medis yakni Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) kurang dari 2500 gram, asphyxia (kesulitan bernafas) yang antara lain disebabkan lilitan tali pusat, infeksi dan hipotermi. (glorianet.org/berita diakses 10 Desember 2008)
Menurut Harni Koesno (Ketua Umum IBI,1999),Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 307 dari 100 ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) mencapai 35 dari 1000 kelahiran hidup. Data IBI menyebutkan penyebab angka kematian ibu (AKI) di antaranya, perdarahan sebanyak 30% dari total kasus kematian, eklampsia 25%. Infeksi 12%, abortus 5%, partus lama 5%, emboli obstetri 3% komplikasi masa nifas 8% dan penyebab lain lain 12% (mediaindo.co,diakses 6 April 2007 )
Di Indonesia setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir hidup. Dari jumlah itu sebanyak 100.454 meninggal sebelum berusia 1 bulan, itu berarti 275 neontal meninggal setiap hari atau sekitar 184 neonatal dini meninggal. Angka kematian bayi yang tinggi baik kematian pada neonatal dini maupun kematian pada bayi berumur kurang dari setahun 35 % disebabkan karena Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang mana hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor ibu misalnya: umur ibu terlalu muda, jumlah anak, jarak kelahiran anak, umur kehamilan saat melahirkan faktor gizi dll .
Secara nasional berdasarkan analisis lanjut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994 angka BBLR mengalami penurunan dari 7,5% (SDKI,1991) menjadi 7,1% (SDKI,1994), sedangkan untuk Sulawesi Selatan angka BBLR sekitar 10,5% .
Hasil Surveilans Gizi oleh Direktorat Gizi Masyarakat tahun 2002 bahwa di Indonesia prevalensi BBLR pada periode 1990 hingga tahun 2000 ini masih berkisar antara 7 - 14%.Yang menyatakan bahwa harapan Pemerintah dalam pembangunan bidang kesehatan menerangkan bahwa kejadian BBLR menjadi 7% pada tahun 2000.
Bersadarkan data dari Rumah Sakit Umum Daerah lapatarai barru Kejadian BBLR pada Tahun 2009 periode januari-desember terdapat 32 orang dan tahun 2010 periode januari-maret 2010 terdapat 20 orang,terdapat 52 kasus BBLR dari 266 kelahiran. (laporan RSUD lapatarai barru 2009-2010)
Tingginya angka kejadian BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:faktor ibu, janin, lingkungan. Faktor ibu antara lain, usia status gizi, paritas, umur kehamilan, penyakit ibu, keadaan sosial ekonomi. Sebab lain:ibu perokok, peminum alkohol dan pecandu obat narkotika. Faktor janin (Sitohang,2004)
Dari penjelasan diatas tentang tingginya angka kejadian BBLR maka perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai instansi terkait dengan petugas kesehatan terutama bidan. Atas pandangan itulah maka penulis merasa tertarik mengadakan penelitian tentang GAMBARAN KEJADIAN BBLR namun dengan berbagai keterbatasan, maka penulis hanya membatasi pada faktor ibu meliputi usia ibu, paritas dan jarak kehamilan