Langsung ke konten utama

Gambaran Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Umum (A-0034)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena Berat Badan Lahir kurang dan 2.500 gram. Menurut WHO 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan hampir semua terjadi di negara berkembang (Dinkes, 2009).

Rounded Rectangle: 1Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indonesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara di bagian Association South of East Asian Nations (ASEAN). Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dan seluruh kematian perinatal sekitar 2-27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Dinkes, 2009).

Bayi Berat Lahir Rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal . Menurut Depkes RI BBLR bersama kehamilan prematur mengakibatkan gangguan yang menjadi penyebab nomor 3 kematian masa perinatal di rumah sakit tahun 2005 (Dinkes, 2008).

Berdasarkan profil Dinas kesehatan, dan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (gorontalo) dan 18,89% (jawa tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% Nangro Aceh Darussalam (NAD) dan 6,90% (sumatera utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan Iainnya (Dinkes, 2008)

Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survey nasional. Proporsi BBLR ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar antara 7 - 14% selama periode 2000-2009. Jika proporsi ibu hamil adalah 2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 - 71 0.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Profil Kesehatan,2009).

Profil Kesehatan Propinsi Sul-Sel 2009, BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah di propinsi Sumatera Utara dan tertinggi di Sulawesi Selatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 1.554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang tertangani sebanyak 1.178 orang (75,8%), dengan kasus tertinggi di Kota Makassar yaitu 355 kasus (2,63%) dan 13.486 bayi lahir hidup, untuk kabupaten Takalar tahun 2009 sebanyak 164 kasus dan bayi lahir hidup sebanyak 976. (Profil dinkes,2009).

Beberapa faktor yang berkaitan dengan penelitian antara lain: Menurut Hasan,dkk (2000) Umur ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia di bawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 - 30 tahun (Kosim.MS, 2008).

Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah yang berhubungan dengan kejadian BBLR. Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor resiko penyebab kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak beresiko 2 kali terhadap melahirkan bayi dengan BBLR (Akhyar Yayan, 2007).

Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Salah satu penyebab terjadinya BBLR yaitu status gizi ibu yang tidak baik. Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik dan sebaliknya (Anonim, 2008).

Berdasarkan tingginya angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia khususnya untuk profinsi Sulawesi Selatan, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti gambaran kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Hajdi Padjonga Daeng Ngalle Takalar Periode Januari - Desember 2009.

Postingan populer dari blog ini

Gambaran kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg Pasewang (A-0074)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini abortus merupakan salah satu masalah reproduksi yang banyak dibicarakan di Indonesia bahkan di dunia. Masalah abortus perlu di bahas, mengingat abortus merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan, dan sebagai penyebab langsung kematian ibu / maternal. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sedangkan menurut World Health Organization (WHO) batasan usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu. (Anonim, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2006 tingkat kasus aborsi di Indonesia tercatat yang tertinggi di Asia Tenggara mencapai dua juta kasus dari jumlah kasus yang terjadi di negara-negara Association Of South East Asian Nation (ASEAN) sekitar 4,2 juta kasus pertahun. (http://www aborsi.org.online, diakses 09 April 2010) Pada tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI)

Formulir Pemesanan

Untuk mendapatkan artikel lengkap kami mulai dari BAB I - BAB VI, anda cukup mengganti biaya jasa sebesar Rp. 20.000,- / Artikel. dan untuk pemesanan cukup sms ke 085299810456 . Dengan menyertakan kode Di Belakang Judul, mis : A-001, A-002 Produk kami dalam bentuk file microsoft word, jadi anda mudah untuk merubah/mengeditnya. anda cukup merubah tanggal, tempat, dan waktu penelitian, maka anda sudah mendapatkan sebuah KTI baru sesuai dengan yang anda butuhkan, jadi untuk apa lagi anda harus bersusah payah menyusun KTI dari awal yang tentunya memerlukan banyak pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya. Untuk lebih menyakinkan anda akan produk kami, maka apabila anda serius ingin memperoleh produk kami, maka kami akan terlebih dahulu mengirimkan produk kami ke e-mail anda, setelah itu barulah anda melakukan pembayaran. Agar lebih memudahkan anda melakukan pembayaran kami menyediakan 2 pilihan pembayaran, yaitu : Transfer Dana ke No. Rekening Bank Mandiri (No. Rekening akan di infokan

Gambaran Status Gizi pada Bayi Di Puskesmas Kaluku Bodoa (A-0058)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai macam makanan untuk menjaga agar tubuhnya tetap melakukan segala aktifitas. Makanan adalah segala sesuatu yang dipakai atau dipergunakan oleh manusia supaya dapat hidup. Makanan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, bila orang salah dalam mengkonsumsi makanan dapat menimbulkan efek yang tidak baik. Makanan yang dimakan sehari-hari merupakan bahan makanan yang bergizi dan seimbang baik kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi syarat hidup sehat (Irianto, 2004). Bahan makanan yang mengandung zat gizi banyak disetiap negara termasuk Indonesia namun perlu diakui bahwa masih banyaknya orang­orang mengabaikan, tidak menyukai bahkan menganggap remeh bahan­bahan makanan yang mengandung zat gizi, padahal konsumsi makanan sangat berpenganuh terhadap status gizi (Karta Sapoetra). Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah faktor resiko untuk terjadinya kesakitan d