Langsung ke konten utama

Gambaran Karakteristik Kehamilan Serotinus Dirumah Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makassar Periode Januari – Desember 2008 (A-0081)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir kehamilan aterm ialah kehamilan antara 38-42 minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal. Apabila kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap, maka itu dinamakan kehamilan lewat waktu atau post term. Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 3,5 - 14%. Kekhawatiran dalam kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan aterm (Winkjosastro.H.2006;317-3188).
Menurut defenisi World Health Organization (WHO) “kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan”. Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam golongan yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi–komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Angka kematian maternal (maternal moltality rate) ialah jumlah kematian maternal di perhitungkan terhadap 1000 atau 10.000 kelahiran hidup, kini di beberapa negara malahan terhadap 100.000 kelahiran hidup. Kemajuan yang telah di capai dalam kira-kira setengah abad terakhir telah di umumkan oleh banyak penulis. Di Inggris angka kematian menurun dari 44,2 per 10.000 kelahiran dalam tahun 1928 menjadi 2,5 per 10.000 dalam tahun 1970 (Chamberlain dan Jeffcoat; 1966. Stall Worthy.1971). Perkembangan ini terlihat pula pada semua negara-negara maju; umumnya angka kematian maternal kini di negara-negara itu berkisar antara 1,5 dan 3,0 per 10.000 kelahiran hidup (Winksosastro H, 2006. Hal : 07).
Pada saat ini tidak ada angka yang tepat mengenai kematian maternal untuk Indonesia atau untuk suatu wilayah di Indonesia. Hal ini di sebabkan oleh belum adanya sistem pendaftaran wajib untuk kelahiran dan kematian di negara kita, menurut tafsiran kasar, angka kematian maternal ialah 6-8 per 1000 kelahiran, angka ini sangat tinggi apabila di bandingkan angka-angka di negara-nagara maju, yang berkisar antara 1,5-3 per 10.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 1988 kematian maternal di Indonesia diperkirakan 450 per 100.000 kelahiran hidup (dari simposium nasional kesejahteraan ibu pada tanggal 29 Juni 1988). Angka tersebut yang tertinggi di ASEAN (5-142 per 100.000) dan 50-100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara maju
Angka kematian perinatal yang terdapat dalam kepustakaan Indonesia ialah seperti juga angka-angka kematian maternal, diperoleh dari rumah-rumah sakit yang selain menerima persalinan di booked case, juga menerima banyak kasus darurat, sehingga tidak menggambarkan keadaan sebenarnya dalam masyarakat. Angka tersebut di rumah-rumah sakit berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1000 (Winkjosastro.H,2006,hal;15-16).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian bayi (AKB) masih berada pada angka 26,9/1000 kelahiran hidup, walaupun telah terjadi penurunan AKB menjadi 1,6/1000 kelahiran hidup (Hidayatullah, diakses tanggal 16 April 2009).
Dari data statistik menunjukkan angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan cukup bulan. Data itu menunjukkan angka kematian dalam kehamilan cukup bulan sekitar 1-2% sedangkan yang dalam kehamilan lewat waktu mencapai 5-7%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan jumlah kematian ibu pada tahun 2007 sebanyak 131 orang, dengan penyebab kematian ibu yaitu perdarahan 72 orang (54%), toxemira (13%) dan infeksi 14 orang (10%) dan melihat tanda kematian ibu, sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan / Antenatal Care (ANC) yang teratur (Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan).
Berdasarkan data dari medical record Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Siti Fatimah Makassar menunjukkan bahwa jumlah ibu yang melahirkan dari periode Januari-Desember 2008 sebanyak 2.597 orang, dengan kasus serotinus sebanyak 51 kelahiran (1,9%). (Rekam medik RSIA Siti Fatimah Makassar 2008).
Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya AKB, penelitian yang di lakukan untuk Princess Badia Dinorthen Jordan pada tahun 1999 menyebutkan antenatal care cukup berpengaruh terhadap kematian tersebut. Umur ibu saat hamil juga merupakan faktor resiko dari kejadian kematian perinatal. Presentase kematian menurut umur ibu membentuk kurva U, berarti kematian perinatal tinggi pada usia di bawah 20 tahun, kemudian cenderung turun jika ibu hamil pada usia 20-35 tahun dan kematian perinatal naik kembali pada ibu hamil 35 tahun ke atas (Lubis Agustin dkk, 1998).
Untuk mencegah kehamilan lewat waktu yang dapat berdampak pada tingginya AKB, pemeriksaan kahamilan perlu dilakukan secara rutin semasa hamil dengan frekuensi kunjungan minimal 4 kali. Kehamilan lewat waktu adalah salah satu penyabab kematian bayi akibat komplikasi-komplikasi yang di timbulkan. Hal ini merupakan masalah penting yang menyangkut kualitas hidup suatu generasi, oleh karenanya di perlukan suatu upaya pencegahan masalah, maka di anggap penting untuk di lakukannya suatu penelitian untuk penulis, mengenai gambaran karakteristik pada ibu yang mengalami kejadian kehamilan serotinus di RSIA Siti Fatimah Makassar periode Januari-Desember 2008.

Postingan populer dari blog ini

Gambaran kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg Pasewang (A-0074)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini abortus merupakan salah satu masalah reproduksi yang banyak dibicarakan di Indonesia bahkan di dunia. Masalah abortus perlu di bahas, mengingat abortus merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan, dan sebagai penyebab langsung kematian ibu / maternal. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sedangkan menurut World Health Organization (WHO) batasan usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu. (Anonim, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2006 tingkat kasus aborsi di Indonesia tercatat yang tertinggi di Asia Tenggara mencapai dua juta kasus dari jumlah kasus yang terjadi di negara-negara Association Of South East Asian Nation (ASEAN) sekitar 4,2 juta kasus pertahun. (http://www aborsi.org.online, diakses 09 April 2010) Pada tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI)

Formulir Pemesanan

Untuk mendapatkan artikel lengkap kami mulai dari BAB I - BAB VI, anda cukup mengganti biaya jasa sebesar Rp. 20.000,- / Artikel. dan untuk pemesanan cukup sms ke 085299810456 . Dengan menyertakan kode Di Belakang Judul, mis : A-001, A-002 Produk kami dalam bentuk file microsoft word, jadi anda mudah untuk merubah/mengeditnya. anda cukup merubah tanggal, tempat, dan waktu penelitian, maka anda sudah mendapatkan sebuah KTI baru sesuai dengan yang anda butuhkan, jadi untuk apa lagi anda harus bersusah payah menyusun KTI dari awal yang tentunya memerlukan banyak pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya. Untuk lebih menyakinkan anda akan produk kami, maka apabila anda serius ingin memperoleh produk kami, maka kami akan terlebih dahulu mengirimkan produk kami ke e-mail anda, setelah itu barulah anda melakukan pembayaran. Agar lebih memudahkan anda melakukan pembayaran kami menyediakan 2 pilihan pembayaran, yaitu : Transfer Dana ke No. Rekening Bank Mandiri (No. Rekening akan di infokan

Gambaran Status Gizi pada Bayi Di Puskesmas Kaluku Bodoa (A-0058)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai macam makanan untuk menjaga agar tubuhnya tetap melakukan segala aktifitas. Makanan adalah segala sesuatu yang dipakai atau dipergunakan oleh manusia supaya dapat hidup. Makanan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, bila orang salah dalam mengkonsumsi makanan dapat menimbulkan efek yang tidak baik. Makanan yang dimakan sehari-hari merupakan bahan makanan yang bergizi dan seimbang baik kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi syarat hidup sehat (Irianto, 2004). Bahan makanan yang mengandung zat gizi banyak disetiap negara termasuk Indonesia namun perlu diakui bahwa masih banyaknya orang­orang mengabaikan, tidak menyukai bahkan menganggap remeh bahan­bahan makanan yang mengandung zat gizi, padahal konsumsi makanan sangat berpenganuh terhadap status gizi (Karta Sapoetra). Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah faktor resiko untuk terjadinya kesakitan d