BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Ketuban pecah dini merupakan masalah yang masih kontravensi dalam kebidanan. Penanganan yang optimal dan yang baku maiah belum ada perubahan. Ketuban pecah dini sering kali menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi, disebabkan akibat infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti ketuban pecah dini, flora vagina yang normal bisa menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada janin maupun pada ibu yaitu partus tak maju, partus lama, dan partus buatan, yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus ketuban pecah dini (http://www.metlinux.blokspot-com.online,diakses26april2008).
Angka kematian ibu ( AKI ) di negara-negara ASEAN masih cukup tinggi pada tahun 2007, seperti dimalaysia berkisar 5,5/100000 kelahiran hidup, singapura 3/100000 kelahiran hidup, Thailand 17/100000 kelahiran hidup, Vietnam 18/100000 kelahiran hidup, Philipina 26/100000 kelahiran hidup, dan indonesia masih menepati posisi tertinggi berkisar 284/100000 kelahiran hidup. Keadaan tersebut diikuti oleh angka kematian bayi (AKB) di indonesia menurut data pusat statistik berkisar 26,9/100000 kelahiran hidup (http://www.inna-ppni-.or.id/online,diakses11mei2008).
Dari data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat kehamilan dan persalinan. Faktor mendeteksi terjadinya satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang (http://himapit.blogspot.com diakses 4 juni 2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan di propinsi sulawesi selatan tahun 2008 yaitu 116/100.000 kelahiran hidup dengan penyebab pendarahan 72 orang (62,06%), eklampsi 19 orang (16,37%), infeksi 5 (4,31%) orang dan lain-lain 20 orang (17,24%). Sedangkan jum|ah kematian bayi pada tahun 2008 sebanyak 547/100.000 Kelahiran hidup yang disebabkan oleh bayi berat lahir rendah 248 orang (45,3%), asfiksia 149 orang (27,2%), tetanus neonatorum 3 orang (0'5%) dan lain-lain 147 orang( 26,8%),
Berdasarkan data yang dipero|eh dari Medica| Record RSUD Salewangang Maros Tahun 2010 sebanyak 997 orang, adapun persalinan dengan Ketuban Pecah Dini sebanyak 50 Orang. Dari 50 jumlah persalinan Ketuban Pecah Dini tidak Terdapat kematian pada ibu dan kematian pada bayi.
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada Kehamilan multiple, grandemulti, trauma, over distensi (hidroamnion dan gemelli), disproporsi sefalopelvik, kehamilan letak lintang dan letak sungsang. Oleh sebab itu persalinan dengan ketuban pecah dini memerlukan pengawasan dan perhatian serta secara teratur dan diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan penolong persalinan (Manuaba, 2009 hal 119).
Berdasarkan besarnya angka kejadian Ketuban Pecah Dini maka penulis tersentuh untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkan lewat karya tulis ilmiah dengan judul ‘’Asuhan Kebidanan Pada Ny’’N’’ dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD Salewangang Maros 2010" sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab penulis dalam memberikan kontribusi pemikiran yang berkompoten dengan masalah tersebut guna mencari solusi terbaik atas permasalahan diatas.
Dari data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat kehamilan dan persalinan. Faktor mendeteksi terjadinya satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang (http://himapit.blogspot.com diakses 4 juni 2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan di propinsi sulawesi selatan tahun 2008 yaitu 116/100.000 kelahiran hidup dengan penyebab pendarahan 72 orang (62,06%), eklampsi 19 orang (16,37%), infeksi 5 (4,31%) orang dan lain-lain 20 orang (17,24%). Sedangkan jum|ah kematian bayi pada tahun 2008 sebanyak 547/100.000 Kelahiran hidup yang disebabkan oleh bayi berat lahir rendah 248 orang (45,3%), asfiksia 149 orang (27,2%), tetanus neonatorum 3 orang (0'5%) dan lain-lain 147 orang( 26,8%),
Berdasarkan data yang dipero|eh dari Medica| Record RSUD Salewangang Maros Tahun 2010 sebanyak 997 orang, adapun persalinan dengan Ketuban Pecah Dini sebanyak 50 Orang. Dari 50 jumlah persalinan Ketuban Pecah Dini tidak Terdapat kematian pada ibu dan kematian pada bayi.
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada Kehamilan multiple, grandemulti, trauma, over distensi (hidroamnion dan gemelli), disproporsi sefalopelvik, kehamilan letak lintang dan letak sungsang. Oleh sebab itu persalinan dengan ketuban pecah dini memerlukan pengawasan dan perhatian serta secara teratur dan diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan penolong persalinan (Manuaba, 2009 hal 119).
Berdasarkan besarnya angka kejadian Ketuban Pecah Dini maka penulis tersentuh untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkan lewat karya tulis ilmiah dengan judul ‘’Asuhan Kebidanan Pada Ny’’N’’ dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD Salewangang Maros 2010" sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab penulis dalam memberikan kontribusi pemikiran yang berkompoten dengan masalah tersebut guna mencari solusi terbaik atas permasalahan diatas.